Co-Founder Playdead Dituduh Telah Melakukan Bullying
Raden Erlangga – Perseteruan antara dua pendiri Playdead, studio di balik Limbo dan Inside, kembali mencuat ke publik. Dino Patti, yang meninggalkan Playdead setelah perilisan Inside pada 2016, menuduh rekannya, Arnt Jensen, melakukan “bullying” setelah menerima ancaman hukum terkait dugaan pelanggaran hak cipta.
Patti membagikan surat tuntutan dari Playdead di LinkedIn, yang langsung memicu perdebatan di komunitas gaming.
Awal Mula Perselisihan
Konflik ini dipicu oleh unggahan LinkedIn Patti yang menampilkan gambar dari Limbo, game yang ia bantu kembangkan saat masih di developer tersebut. Namun, Playdead menilai unggahan tersebut sebagai pelanggaran hak cipta dan mengirimkan surat resmi tertanggal 3 Maret 2025. Dalam surat tersebut, studio menuntut Patti membayar 500.000 DKK (sekitar $73.000) sebagai kompensasi dan biaya hukum, serta mengancam akan mengambil tindakan lebih lanjut jika tuntutan ini tidak dipenuhi.
Patti Membalas Tuduhan
Dino Patti, yang kini menjalankan studio Jumpship (Somerville), membantah keras tuduhan tersebut.
Ia mengunggah surat tuntutan dari studio tersebut ke LinkedIn dan menyatakan bahwa Jensen mencoba menghapus jejak kontribusinya terhadap Playdead.
“Kamu tahu aku adalah bagian besar dalam membangun Playdead dari nol—dan aku juga tahu itu. Tahun-tahun pertama adalah perjuangan besar. Kami bertarung, membangun, dan berjuang bersama. Tanpaku, Playdead tidak akan pernah ada. Ini bukan ego. Ini fakta.”
Ia pun menutup pernyataannya dengan pesan langsung kepada Jensen:
“Arnt, tolong hentikan bullying ini. Aku tidak akan berhenti menjadi diriku sendiri.”
Latar Belakang Perpecahan
Patti dan Jensen mendirikan Playdead pada 2006, di mana Patti menjabat sebagai CEO dan Jensen sebagai creative director. Mereka meraih kesuksesan besar dengan Limbo (2010) dan Inside (2016), tetapi hubungan keduanya memburuk setelah perilisan Inside.
Tidak lama kemudian, Patti meninggalkan Playdead dan mendirikan Jumpship, studio yang merilis Somerville. Ketegangan antara mereka sudah terjadi sejak lama, tetapi kini kembali mencuat ke publik dengan kasus hukum ini.
Komunitas Terpecah
Perseteruan ini langsung menjadi perbincangan di komunitas gaming. Ada yang mendukung langkah Playdead dalam melindungi hak cipta mereka, tetapi banyak juga yang membela Patti, mengingat peran besarnya dalam membangun studio sejak awal. Beberapa orang juga mempertanyakan apakah tuntutan ini benar-benar diperlukan atau hanya bentuk balas dendam pribadi antara mantan rekan bisnis.
Hingga saat ini, belum diketahui apakah Patti akan memenuhi tuntutan Playdead atau jika kasus ini akan berlanjut ke pengadilan. Yang jelas, perseteruan ini menunjukkan betapa kompleksnya kepemilikan hak dalam industri game, terutama ketika menyangkut warisan dari game-game indie yang sukses besar.
Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!