Raden Erlangga – CEO EA Andrew Wilson sebelumnya menganggap bahwa absennya elemen live-service adalah penyebab utama kegagalan Dragon Age: The Veilguard .Pernyataan tersebut langsung mendapat kritik dari David Gaider, mantan penulis Dragon Age yang berperan besar dalam membangun lore dan karakter ikonik franchise ini.
Gaider: EA Harus Belajar dari Baldur’s Gate 3, Bukan Mengejar Tren
Lewat unggahan di Bluesky, Gaider menilai bahwa kesimpulan Wilson sangat dangkal dan self-serving.
“Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari Veilguard… tetapi menganggap bahwa solusinya adalah ‘mungkin seharusnya dibuat live-service’ terasa sangat pendek akal dan menguntungkan kepentingan sendiri,” tulisnya.
Ia menyarankan EA untuk kembali melihat apa yang membuat franchise ini begitu dicintai, bukan sekadar mengikuti tren industri.
“Kalian punya IP yang dicintai banyak orang. Pada masa kejayaannya, Dragon Age terjual cukup baik untuk membuat kalian senang, bukan? Lihat kembali apa yang membuatnya sukses. Ikuti jejak Larian dan perkuat elemen-elemen tersebut. Fans masih ada, dan mereka masih menunggu.”
Baldur’s Gate 3: Bukti Bahwa Cinta pada Karya Lebih Berarti dari Monetisasi Berlebihan
Tak bisa dipungkiri, Baldur’s Gate 3 adalah standar emas untuk cRPG modern. Kesuksesannya tidak datang dari live-service atau strategi monetisasi agresif, tetapi dari dedikasi penuh dalam menghadirkan pengalaman bermain yang otentik ala Dungeons and Dragons.
David Gaider menegaskan bahwa kesuksesan Dragon Age tidak datang dari monetisasi berlebihan, tetapi dari kualitas cerita, karakter, dan dunia yang dibangun dengan hati. Alih-alih mengikuti jejak live-service, EA seharusnya belajar dari Baldur’s Gate 3, membiarkan tim kreatif membuat game yang mereka cintai, bukan sekadar mengejar keuntungan jangka pendek.
Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!
