Kazuma Kaneko Ungkap Latih AI Agar Bisa Menggambar Seperti Dirinya Lebih Melelahkan daripada Menggambar Langsung
Raden Erlangga – Kazuma Kaneko, ilustrator legendaris yang dikenal sebagai “bapak desain iblis” dari seri Shin Megami Tensei, kembali ke panggung industri lewat proyek barunya bersama COLOPL: Tsukuyomi: The Divine Hunter.

Game roguelike deckbuilder ini akan diluncurkan pada 7 Mei mendatang untuk platform Steam dan mobile, dan mengusung konsep yang cukup unik, termasuk fitur yang dijuluki “AI Kaneko”. Namun, di balik kecanggihan teknologi itu, Kaneko justru mengungkap bahwa melatih AI agar bisa meniru gaya gambarnya ternyata lebih merepotkan daripada menggambar langsung dari awal.
AI Kaneko: Kartu Unik Berdasarkan Gaya Bermainmu
Dalam wawancara bersama GameSpark* (diterjemahkan oleh Automaton), Kaneko menjelaskan bahwa sistem AI Kaneko dirancang untuk menciptakan kartu secara otomatis berdasarkan gaya bermain pemain. Mulai dari keputusan selama eksplorasi, pola bertarung, hingga interaksi dalam dungeon. Kartu-kartu tersebut akan hadir dengan nama, efek, dan ilustrasi orisinal yang dihasilkan oleh AI yang telah dilatih untuk meniru gaya khas Kaneko, lengkap dengan nuansa kelam dan desain makhluk supranatural khas SMT.
Menariknya, AI tersebut tidak dilatih menggunakan arsip karya Atlus. Semua materi pelatihan diambil dari karya-karya orisinal yang Kaneko buat setelah bergabung dengan COLOPL. Jadi, secara teknis, ini adalah “AI Kaneko pasca-Atlus”.
Proses Latih AI-nya Super Ribet, Apalagi untuk Desain Monster Aneh
Terdengar keren? Ya. Tapi nyatanya, proses menciptakan AI Kaneko ini sangat panjang dan rumit. Awalnya, tim hanya menggunakan puluhan ilustrasi baru buatan Kaneko sebagai bahan pelatihan. Dari sana, mereka menghasilkan ratusan ribu gambar turunan lewat model AI awal. Tapi karena kualitas output awal masih sangat bervariasi, mereka harus menyaring hasil-hasil yang paling “mirip Kaneko” untuk melatih ulang modelnya secara bertahap.
Masalahnya muncul saat AI harus menggambar sesuatu yang tak masuk akal di dunia nyata. Misalnya makhluk berkepala dua, desain tubuh abnormal, atau bentuk-bentuk iblis rumit yang biasa kita lihat di SMT. Kaneko mengaku bahwa AI sering kesulitan dengan jenis visual seperti ini.
Untuk mengatasinya, Kaneko akhirnya turun tangan langsung. Ia menggambar tambahan referensi, melakukan komposit manual dari beberapa hasil AI. Bahkan merakit sendiri potongan-potongan gambar yang “setengah jadi” agar bisa digunakan ulang sebagai data pelatihan berikutnya.
“Sejujurnya, kadang saya merasa lebih cepat kalau saya langsung gambar semuanya dari nol,” ujar Kaneko sambil tertawa.
AI Sebagai Alat, Bukan Pengganti
Meskipun terdengar seperti kerja dua kali, Kaneko menekankan bahwa fitur AI ini bukan untuk menggantikan ilustrator. Melainkan sebagai alat ekspresi baru yang bisa memperluas pengalaman pemain. Alih-alih setiap pemain hanya mendapat kartu standar, AI Kaneko memungkinkan game ini memberikan pengalaman visual yang personal bagi tiap individu, seolah-olah Kaneko menggambarkan kartu khusus untukmu.
Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!