Langgar Hukum Konsumen, Nintendo Dapat Gugatan Atas Lootbox di Mario Kart Tour

Lootbox adalah salah satu cara agar developer bisa mendapatkan uang dari game yang mereka hadirkan. Biasanya konsep ini dihadirkan untuk game-game yang bisa dimainkan secara gratis, meski tidak sedikit jurang ditemukan praktik ini dalam game-game berbayar lainnya. Hal ini menyebabkan kalau lootbox merupakan sebuah cerminan dari developer yang rakus, meski pada dasarnya praktik ini cukup wajar terjadi untuk game-game mobile keluaran China maupun Jepang. Tentunya dengan perkembangan zaman dan teknologi, game dengan lootbox sudah bisa dikonsumsi oleh semua orang termasuk anak-anak di bawah umur, yang menjadi sebuah kekhawatiran oleh sejumlah pihak, termasuk orang tua yang tidak segan menggugat Nintendo karena merasa anaknya telah dicurangi oleh lootbox yang ada di salah satu game mereka, yakni Mario Kart Tour.

Dilansir dari Axios seorang ayah dari seorang gamer telah melayangkan gugatan class action kepada Nintendo mengenai microtransactions “tidak bermoral” yang mereka adakan di game Mario Mart Tour. Dalam gugatan ini, ia menuduh Nintendo dengan sengaja membuat game mereka sulit untuk dimainkan tanpa mengeluarkan uang asli hal ini termasuk tindakan memanipulasi para gamer agar mengeluarkan uang lebih banyak, yang telah melanggar hukum bisnis California dan perlindungan konsumen di wilayah Washington. Dan gugatan ini meminta Nintendo untuk memberikan refund kepada seluruh gamer di bawah umur yang telah menggunakan “Spotlight Pipes” di Mario Kart Tour.

Lootbox Nintendo Mario Kart Tour

Nintendo sendiri, seperti sudah bisa membayangkan apa yang akan menimpa mereka sudah menghapus metode lootbox dari Mario Kart Tour pada September kemarin, dan menghadirkan microtransactions dengan berjualan di shop dalam game, dimana para pemain cukup memilih dan membeli apa yang mereka inginkan.

Bagaimana denga kalian? Apakah kalian salah satu penikmat lootbox di Mario Kart Tour?


Dan untuk berita seputar dunia game lainnya bisa kalian dapatkan di YouTube, Instagram dan situs Share Button.

 

Sumber: Axios

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More