Respawn Entertainment Kemungkinan Akan Menerapkan Region Lock di Apex Legends
Selama beberapa tahun setelah Apex Legends dirilis, terdapat sebuah mode Ranked yang didedikasikan sebagai sebuah insentif untuk para pemain agar terus kembali memainkan game battle royale ini. Dengan setiap Ranked baru terpisah, para gamer akan memiliki sebuah goal untuk dicapai selagi mereka berusaha untuk mendapatkan rank tertinggi, Apex Predator. Selagi memanjat leaderboard yang kompetitif merupakan sebuah tantangan yang menyenangkan, namun ketidakstabilan server menjadi sebuah masalah yang memberikan dampak pada pengalaman bermain para pemain.
Selama beberapa season Apex Legends ini, para pemain diharuskan untuk menghadapi beberapa masalah mengenai server, terutama di wilayah yang lebih kecil. Salah satu masalah yang terjadi yang mempengaruhi para gamer adalah, lobi yang dipenuhi oleh pemain dengan ping tinggi. Namun sebuah perbaikan untuk masalah tersebut akan segera tiba.
We are investigating ways of guaranteeing competitive integrity at the highest rank of Apex Legends, including work to improve the netcode when you fight a player with a bad connection to the server. We also recently tested a soft region lock for Masters and Predators…
— Respawn (@Respawn) December 21, 2021
Dalam beberapa cuitan dari tanggal 22 Desember kemarin, Respawn Entertainment menyebut bahwa permasalahan server memberikan dampak ke sejumlah pemain di komunitas Apex Legends. Dalam pesan tersebut, pihak developer menguraikan rencana untuk meningkatkan stabilitas server dalam mode Ranked. Agar dapat menyelesaikan masalah tersebut, Respawn Entertainment memberikan sebuah solusi yakni region lock. Dilansir dari sang developer, tujuannya adalah untuk mempertahankan lobi di ping yang rendah. Dengan demikian, studio dapat meningkatkan “integritas kompetitif” dari online match di Ranked yang lebih tinggi.
Respawn sendiri mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan pengujian, sebuah soft region lock untuk pemain Master dan Predator. Berdasarkan informasi tersebut, pengujian ini dilakukan untuk menemukan data center dengan latency paling rendah untuk party leader ketika melakukan matchmaking untuk sebuah game. Setelah melakukan pengujian tersebut selama dua minggu, pihak developer melihat beberapa pertumbuhan yang menjanjikan dalam populasi pemain di wilayah regional yang populasinya kurang padat. “Kami melihat bahwa kebanyakan wilayah mendapatkan kembali sebagian dari pemain asli mereka,” ujar Respawn.
Tentunya meski banyak yang menyukai ide ini, beberapa tetap khawatir bahwa hal ini tidak menyelesaikan masalah mengenai cheater dan hacker di lobi Apex Legends
Sumber: Gamerant