Takahisa Taura Tinggalkan PlatinumGames dan Mendirikan Studio Baru
Raden Erlangga – Gelombang kepergian talenta besar dari PlatinumGames terus berlanjut. Kali ini giliran Takahisa Taura, sutradara Astral Chain sekaligus desainer utama di Nier Automata, yang resmi angkat kaki dari studio yang sudah membesarkan namanya. Seperti Hideki Kamiya yang mendirikan Clovers, Taura memutuskan untuk membentuk studio baru sendiri, bernama Eel Game Studio.
Kabar ini dikonfirmasi langsung dalam wawancara eksklusif dengan Famitsu (dilaporkan oleh VGC), di mana Taura menyatakan bahwa meskipun ia memulai petualangan baru ini, ia masih akan terlibat dalam proyek rahasia bersama Yoko Taro, Yosuke Saito, dan Keiichi Okabe, empat pilar kreatif utama di balik kesuksesan Nier Automata.
Lahirnya Wadah Baru Para Visioner?
Taura belum mengungkap siapa saja pendiri lain Eel Game Studio. Namun keputusan ini tampaknya menjadi langkah alami setelah bertahun-tahun berkarya di bawah bendera Platinum. Dengan reputasi dan pengalaman yang ia miliki, pendirian studio baru ini bisa menjadi titik awal dari proyek-proyek yang lebih personal dan visioner.
Meskipun tidak secara eksplisit menyebut bahwa proyek kolaboratifnya nanti berkaitan dengan Nier. Keterlibatan semua tokoh kunci dari Automata cukup memberi sinyal kuat bahwa dunia itu belum sepenuhnya ditinggalkan. Apakah ini akan menjadi sekuel spiritual? Prekuel? Atau sesuatu yang sepenuhnya baru namun tetap punya jiwa Nier? Waktu yang akan menjawab.
Apa yang Terjadi di PlatinumGames?
Munculnya dua studio baru dari dua tokoh penting PlatinumGames hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat menimbulkan pertanyaan yang tak bisa dihindari: apa yang sedang terjadi di dalam Platinum?
Meski PlatinumGames masih dihuni banyak developer berbakat, kepergian sosok-sosok seperti Kamiya dan Taura adalah kehilangan besar. Terutama karena keduanya bukan hanya talenta teknis, tetapi juga visionary leaders yang membentuk identitas studio itu sendiri.
Selama bertahun-tahun, Platinum dikenal sebagai rumah bagi karya-karya eksperimental nan penuh gaya. Seperti Bayonetta, Metal Gear Rising: Revengeance, Astral Chain, hingga The Wonderful 101. Tapi sekarang, dengan hengkangnya figur-figur besar, identitas itu mulai tampak bergeser. Apakah PlatinumGames akan beradaptasi dan bangkit dengan wajah baru, atau justru kehilangan daya tarik kreatifnya?
Tantangan dan Harapan di Era Baru
Baik Clovers maupun Eel Game Studio kini menjadi simbol dari arus perubahan di industri game Jepang, di mana para kreator besar mulai memilih jalur independen untuk mewujudkan visi mereka tanpa batasan struktur korporasi lama. Tren ini tidak asing di Barat, namun di Jepang, hal seperti ini masih tergolong langka dan menarik untuk disimak.
Di sisi lain, langkah-langkah ini juga membangkitkan harapan baru. Dengan struktur yang lebih ramping dan kontrol kreatif yang lebih besar, studio-studio baru ini bisa melahirkan IP segar yang bebas dari ekspektasi bisnis besar. Jika melihat rekam jejak orang-orang seperti Taura dan Kamiya, bukan tak mungkin kita akan melihat lahirnya mahakarya baru dalam beberapa tahun ke depan.
Saat Para Kreator Membuka Jalan Baru
Perpisahan Takahisa Taura dengan PlatinumGames bukanlah akhir, tapi justru awal dari sesuatu yang lebih besar. Dengan Eel Game Studio, ia kini punya kanvas kosong untuk melukis visi kreatifnya sendiri. Dan jika kolaborasi misteriusnya dengan tim Nier berlanjut seperti yang dibayangkan banyak fans. Maka masa depan industri game Jepang mungkin sedang mengarah ke babak yang lebih segar dan berani.
PlatinumGames boleh kehilangan para bintang lamanya, tapi semoga ini jadi dorongan untuk menemukan bintang baru. Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!