Ubisoft Terancam Denda €92 Juta Karena Dituduh Melakukan Data Collecting di Game Single-Playernya
Raden Erlangga – Melalui laporan Insider Gaming, Ubisoft, tengah menghadapi tuduhan serius terkait praktik pengumpulan data dalam game single-player mereka.
Sebuah badan perlindungan data asal Austria, Noyb (None of Your Business), resmi melayangkan keluhan kepada otoritas perlindungan data Austria (DSB), menuduh Ubisoft melakukan pengumpulan data secara diam-diam tanpa dasar hukum yang sah berdasarkan regulasi GDPR (General Data Protection Regulation). Jika tuduhan ini terbukti, Ubisoft berpotensi menghadapi denda hingga €92 juta atau sekitar $104 juta.
“Suka Main Sendirian? Ubisoft Tetap Mengawasi!”
Dalam artikel resminya, Noyb memberikan pernyataan yang cukup tajam dengan judul “Like to play alone? Ubisoft is still watching you!”, menyoroti inti permasalahan bahwa Ubisoft tetap memonitor aktivitas pemain bahkan saat mereka hanya bermain secara offline. Menurut Noyb, Ubisoft mewajibkan para pemain untuk tetap terkoneksi ke internet ketika memainkan game single-player, meskipun game tersebut tidak menawarkan fitur online apa pun.
Kewajiban koneksi ini, lanjut Noyb, membuka jalan bagi Ubisoft untuk mengumpulkan data perilaku seperti kapan pemain memulai permainan. Berapa lama mereka bermain, hingga kapan mereka menutup game. Ironisnya, Ubisoft disebut tidak pernah memberikan penjelasan memadai mengenai alasan teknis di balik keharusan koneksi ini. Apalagi dalam konteks game yang seharusnya bisa dinikmati sepenuhnya secara offline.
Dugaan Pelanggaran GDPR
Berdasarkan pengamatan Noyb, praktik ini dinilai melanggar Pasal 6(1) GDPR, yang dengan tegas menyatakan bahwa pengolahan data pribadi hanya diperbolehkan jika ada dasar hukum yang jelas atau jika pengumpulan data tersebut memang benar-benar diperlukan. Dalam kasus ini, Noyb berpendapat bahwa data yang dikumpulkan Ubisoft sama sekali tidak dibutuhkan untuk fungsi dasar dari game single-player. Dan lebih parahnya lagi, Ubisoft tidak pernah meminta persetujuan eksplisit dari para pemain untuk melakukan praktik ini.
Salah satu pengacara dari Noyb menyampaikan pernyataan keras, mengatakan bahwa mahalnya biaya produksi video game bukanlah pembenaran. Bagi perusahaan seperti Ubisoft untuk memaksa pelanggan mereka bermain game offline secara online hanya untuk memantau perilaku mereka demi keuntungan finansial. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum yang serius dan harus segera dihentikan.
Konsekuensi Besar bagi Ubisoft
Dalam keluhan resminya, Noyb tidak hanya menuntut agar Ubisoft menghapus seluruh data pribadi yang telah dikumpulkan tanpa dasar hukum yang sah. Tetapi juga menuntut agar publisher asal Prancis itu menghentikan praktik serupa di masa depan.
Jika DSB menemukan bahwa Ubisoft memang bersalah, konsekuensi yang harus dihadapi perusahaan ini tidak hanya berupa denda besar, tetapi juga kemungkinan kewajiban untuk mengubah struktur teknis pada game-game mereka. Khususnya dalam hal manajemen koneksi dan privasi pemain.
Preseden Penting untuk Industri Game
Kasus ini bisa menjadi momen penting dalam industri video game global. Noyb, yang memang dikenal agresif dalam memperjuangkan hak-hak privasi digital, berpotensi menciptakan preseden baru yang lebih ketat dalam pengelolaan data pemain. Bahkan untuk game yang tidak menawarkan fitur multiplayer atau mode online.
Belum ada pernyataan resmi dari pihak Ubisoft hingga saat ini, tetapi mengingat besarnya tuntutan dan potensi dampak jangka panjangnya. Respons dari publisher ini tentu sangat dinantikan dalam waktu dekat.
Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!