Game pertama Fable kemungkinan bisa sepenuhnya berbeda jika co-creator Dene Carter tidak menggunakan inspirasi yang ia dapatkan dari game lain, yakni Devil May Cry. “Ketika kalian kehilangan arah: curi saja,” ujarnya melalui Twitter. “100% mengambilnya dari game lain.”
Tentunya Fable tidak sepenuhnya melakukan hal tersebut, tidak seperti yang dipikirkan orang-orang mengenai kata “rip-off”. Tema, ide dan cerita dari game RPG yang dirilis pada tahun 2004 tersebut sepenuhnya berbeda dari Devil May Cry, namun sang pembuat game tersebut mengungkap bahwa Fable hampir kehilangan kendali sampai ia menggunakan DMC sebagai ide mengenai lingkup game tersebut.
I'm sure everyone knows this hack already, but I'm going to talk about it anyway, on the off-chance that it saves someone from going completely off-the-rails during their dev. It's a hint about scope, when you're feeling lost: steal it. 100% rip it off from another game.
— Dene Carter (@Fluttermind) November 14, 2022
“Bagaimana dunia Fable bisa berukuran seperti itu? Karena Saya telah memainkan [Devil May Cry] dan mengetahui bahwa dunianya terdiri seperti 82 zona,” jelasnya. “Tidak terdengar banyak. Game tersebut menggunakan kembali, dan mengontekstualisasikan kembali area. Hal tersebut berjalan untuk sebuah game yang relatif singkat, namun berkualitas tinggi.”
Carter kemudian menjelaskan bagaimana hal tersebut membantu. Secara esensi ia meniru cara DMC menggunakan zona-zona tersebut untuk membuat peta dari dunia Albion.
“Saya menghitung jumlah zona, ukuran dari zona tersebut, dan waktu rata-rata yang dihabiskan pada zona tersebut, dan menggunakannya untuk keseluruhan dunia Albion,” ujarnya. “Pada saat itu kami keluar dari kendali, dan berpikir bahwa kami harus membuat sesuatu yang besar.”
Para developer Fable sendiri tampaknya memiliki visi yang sangat besar untuk game tersebut. Namun Carter kembali memfokuskan pengembangan game dengan lingkum DMC di benaknya, dan selain DMC game ini juga mendapatkan sejumlah inspirasi dari game lainnya.
Sumber: IGN