Mantan Eksekutif PlayStation Sebut Biaya Untuk Game PlayStation 5 Bisa Melampaui 2,8 Triliun Rupiah
Tahun lalu merupakan tahun yang besar untuk Sony. Konsol PlayStation 5 dirilis pada bulan November, dan kemudian memperkenalkan para gamer ke gaming next-gen. Bersamaan dengan konsol yang powerful, datang juga beragam game baru yang siap untuk menggunakan seluruh performa konsol baru. Game PlayStation 5 seperti Ratchet and Clank: Rift Apart, dan Sapider-Man: Miles Morales menggunakan ray-tracing, sebuah fitur yang tidak terlihat di generasi konsol sebelumnya. Namun, terdapat pihak yang khawatir bahwa game dari perusahaan seperti PlayStation terus menaikan kualitas visual mereka, biaya untuk membuat game-game tersebut dapat tidak terkendalikan.
Belum lama ini, mantan eksekutif Sony, Shawn Layden telah memberikan beberapa peringatan untuk perusahaan video game tersebut. Dilansir dari Layden, industri video game mengarah ke arah yang tidak berkelanjutan. Akar dari tidak berkelanjutan ini adalah biaya produksi untuk game-game tersebut, yang mengklaim bahwa biaya untuk setiap generasi meningkat dua kali lipat. Menarik kesimpulan dari pengalamannya yang bekerja di PlayStation, Layden mencatat bahwa budget untuk proyek PlayStation 4 yang ia tangani melebihi angka 100 juta USD atau 1,4 triliun Rupiah.
Setelah melakukan diagnosis ia percaya merupakan salah satu masalah utama dengan pengembangan video game. Layden melanjutkan dengan memberikan prognosisnya untuk industri ini. Ia memperkirakan bahwa anggaran untuk beberapa game PS5 akan melebihi angka 200 juta USD atau 2,8 triliun Rupiah, dan memperkirakan bahwa masalah ini hanya akan terus bertambah buruk. “Jika kita tidak bisa menghentikan kurva biaya yang terus naik, yang kita bisa lakukan adalah mencoba untuk mengurangi risikonya,” sebutnya.
Dilansir dari Layden, selagi biaya produksi game meningkat, variasi dari game-game di industri sebagai hasilnya berkurang. Ia mencatat bahwa hal ini yang menyebabkan mengarahnya padanya entri lanjutan dalam seri Madden dan Call of Duty. “Setiap publisher mengejar tren miliaran dolar baru, dari Candy Crush hingga Fortnite hingga Roblox,” ujarnya. Sayangnya, karena perusahaan terburu-buru untuk meniru kesuksesan yang ditemukan oleh game ini, hal ini membuat gamer kekurangan variasi game di Pasar.
Sumber: Gamerant