RGG Studio Ungkap Tantangan Dibalik Pembuatan Remake dan Remaster Seri Like a Dragon
Raden Erlangga – Merayakan ulang tahun ke-19 seri Like a Dragon (yang dulu dikenal sebagai Yakuza), Yutaka Ito, technical lead di RGG Studio, berbagi wawasan tentang kompleksitas di balik pengembangan remake dan remaster dalam sebuah unggahan di platform X / Twitter. Pandangan ini sekaligus meluruskan anggapan bahwa remaster adalah proyek yang mudah dibandingkan dengan game baru.
Menurut Ito, pengembangan remake seperti Yakuza Kiwami, Yakuza Kiwami 2, atau Like a Dragon: Ishin! hampir setara dengan menciptakan game baru. Meskipun cerita dan desain karakter dapat diadaptasi dari versi original, hampir semua aspek lainnya harus dibuat ulang.
“Prosesnya melibatkan pengalihan ke lingkungan pengembangan baru, seperti hardware modern, penerapan sistem baru, dan bahkan pengembangan mini-game baru,” jelas Ito. Penggunaan teknologi terbaru memaksa tim untuk membangun ulang program dan grafis dari awal. Ini menjadikan remake, sebuah proyek yang jauh lebih memakan waktu dan tenaga dibandingkan remaster.
Di sisi lain, Ito mengungkapkan bahwa meski terlihat lebih sederhana, remaster tetap menghadirkan tantangan unik. Tujuan utamanya adalah menjaga relevansi game di platform generasi baru, tetapi prosesnya sering kali terkendala oleh teknologi yang sudah usang. “Membangun ulang lingkungan pengembangan dari game yang dirilis 15 tahun lalu sangat sulit,” ujar Ito. “Alat dan development librarynya mungkin sudah tidak kompatibel, dan bahkan sistem operasi yang digunakan bisa berbeda.”
Selain itu, remaster membutuhkan banyak peningkatan kualitas, termasuk resolusi tekstur, frame rate, kompatibilitas platform, hingga berbagai perbaikan untuk memenuhi standar industri modern.
Dan untuk berita seputar dunia game dan juga liputan lainnya bisa kalian dapatkan di channel YouTube, Instagram dan juga situs Share Button.