Hampir 19% Golongan Muda di Jepang Pernah Menghabiskan Uangnya Untuk Gacha, Hingga Sulit Biayai Hidup
Raden Erlangga – Dilansir dari Automaton, survei tahunan yang dirilis oleh SMBC Consumer Finance baru-baru ini mengungkap fakta menarik sekaligus mengkhawatirkan tentang kebiasaan belanja anak muda Jepang, khususnya dalam hal gaming.
Dilakukan secara online pada Februari 2025 dengan melibatkan 1.000 responden berusia 20–29 tahun, survei ini menyoroti berbagai aspek pengeluaran harian, termasuk seberapa besar ketertarikan mereka terhadap transaksi dalam game, terutama pada sistem gacha.
18,8% Responden Mengaku Tak Sanggup Penuhi Kebutuhan Pokok Karena Belanja Item Digital
Dalam bagian survei yang berfokus pada game, sebanyak 18,8% responden secara jujur mengaku bahwa mereka pernah menghabiskan uang untuk transaksi dalam game hingga tak bisa menutupi kebutuhan hidup mereka sendiri.
Sementara itu, 23,9% lainnya mengaku menyesal karena terlalu banyak mengeluarkan uang untuk fitur berbayar dalam game, menunjukkan bahwa meski kesenangan digital bisa sangat menggoda, rasa sesal tetap menjadi bagian dari pengalaman.
Pria Masih lebih Dominan Dalam Belanja Mikrotransaksi, Tapi perempuan Juga Mulai Menyusul
Ketika ditanya apakah mereka setuju dengan pernyataan “Saya rela membayar untuk mendapatkan keunggulan dalam game”. Sebanyak 17,9% dari total peserta mengatakan setuju. Angka ini melonjak di kalangan laki-laki, dengan 23,8% pria menyatakan setuju, naik signifikan dari tahun lalu yang hanya 16,2%.
Yang juga menarik, 20,8% responden menyebut bahwa mereka tidak bisa menikmati game jika tidak melakukan pembelian dalam game. Ini meningkat 2,7% dari tahun sebelumnya. Untuk kategori ini, 18,4% wanita mengatakan hal serupa, naik 2,6% dibandingkan tahun lalu. Menunjukkan bahwa meskipun angka belanja mikrotransaksi perempuan masih lebih rendah dibanding pria, tren pertumbuhannya nyaris sejajar.
Rata-rata Pengeluaran Bulanan Gamer Muda Jepang Turun dari ¥5.138 Menjadi ¥4.247
Meski jumlah orang yang berbelanja untuk game gacha dan mikrotransaksi naik dari 15,8% tahun lalu menjadi 21,6% di tahun 2025. Ada satu temuan menarik: rata-rata uang yang dikeluarkan justru menurun. Pada 2024, gamer muda Jepang menghabiskan sekitar ¥5.138 (sekitar $35,85 USD) per bulan untuk mikrotransaksi. Tapi di tahun ini, angka itu turun menjadi ¥4.247 (sekitar $29,63 USD).
Temuan ini mengindikasikan bahwa walaupun minat terhadap konten berbayar meningkat, para pemain cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Mungkin karena meningkatnya kesadaran atau efek dari penyesalan yang mulai terasa di kalangan pemain muda.
Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!