Mantan Boss PlayStation Ungkap Mengapa Ia Meninggalkan Perusahaan
Mantan boss PlayStation, Shawn Layden, akhirnya mengungkap alasannya mengapa ia meninggalkan perusahaan, setelah hampir dua tahun kepergiannya.
Pada tanggal 30 September, 2019, PlayStation mengumumkan bahwa Layden telah meninggalkan perusahaan setelah berjalan 32 tahun bersama dengan Sony. Pihak perusahaan sayangnya tidak mengungkapkan mengapa Layden pergi dari Sony. PlayStation hanya menyebutkan bahwa ia pergi, dan ia akan sangat dirindukan. Layden sendiri juga bungkam mengenai hal tersebut.
Kini, setelah hampir dua tahun sejak kepergiannya, Layden akhirnya mengungkapkan alasan kepergiannya dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg. Layden meninggalkan PlayStation untuk menghindari burnout. Ia juga mengatakan bahwa aktivitas ini adalah aktivitas untuk orang yang lebih muda.
Layden menjelaskan bahwa beberapa tahun menjelang kepergiannya, ia telah membantu perusahaan untuk merilis beberapa game dengan rating tertinggi dari seluruh generasi PS4. Ia mengatakan bahwa, meninggalkan PlayStation, sebelum dimulainya generasi PlayStation 5 merupakan saat yang tepat.
“Tampaknya merupakan waktu yang tepat untuk turun dan mengizinkan generasi lainnya untuk membawa PlayStation 5 ke Market,” ujar Layden.
Bloomberg kemudian menanyakan Layden jika kepergiannya berhubungan dengan bos PlayStation saat ini, Jim Ryan, sehubung dengan rumor bahwa keduanya tidak cocok. Bloomber menulis bahwa Layden “tidak akan membahas secara spesifik di sana,” namun Layden hanya menjawab, “Saya pikir Saya hanya mengambil waktu saya disaat yang Saya lihat tepat untuk diambil.”
Pada wawancara Bloomberg yang lainnya dengan Layden, yang kini berada di jajaran penasihat di Streamline Media Group, dan CEO Streamline, Alexander Fernandez. Dalam percakapan tersebut, Layden menjelaskan kekhawatirannya mengenai meningkatnya biaya pengembangan dari game AAA.
Layden mengatakan bahwa tampaknya biaya pengembangan meningkat dua kali lipat pada setiap generasi, mengutip bahwa game PlayStation 4 yang ia bantu tangani membutuhkan setidaknya 100 juta USD atau sekitar 1,4 triliun untuk setiap game.
Sumber: IGN