Microsoft Klaim Bahwa Kesepakatan Activision Akan Membantunya Membuat Internet Selanjutnya
CEO dari Microsoft, Satya Nadella, belum lama ini mengatakan bahwa rencana akuisisi yang mereka lakukan atas Activision Blizzard dimotivasi atas dasar keinginan untuk membangun “internet selanjutnya.”
Perusahaan induk Xbox, mengungkapkan pada tahun lalu bahwa mereka berkeinginan untuk mengakuisisi Activision Blizzard dengan menggelontorkan uang sebesar 68,7 miliar USD, dan jika berhasil akan menjadi akuisisi dengan nilai paling besar dalam sejarah industri game.
Dalam pengumuman tersebut, pihak perusahaan mengatakan bahwa langkah tersebut, dimana akan memberinya kepemilikan dari berbagai franchise termasuk Call of Duty, Warcraft, overwatch, Crash bandicoot, dan Guitar Hero, “akan mempercepat pertumbuhan Microsoft dalam bisnis gaming di mobile, PC, konsol, dan cloud, dan akan menjadi fondasi untuk metaverse.”
Meski sejauh ini tidak terdapat definisi pasti mengenai hal tersebut, metaverse merupakan sebuah ruang virtual 3d dimana para penggunanya dapat bersosialisasi, bermain, dan bekerja, dan beberapa melihatnya sebagai sebuah penerus dari internet mobile.
Dalam konferensi Ignite 2021 Microsoft dibulan November kemarin, Nadella mendeskripsikan franchise seperti Halo, Minecraft, dan Flight Simulator sebagai metaverse milik mereka. “Dalam beberapa hal, mereka 3D hari ini, namun pertanyaannya adalah, bisakah kalian sekarang membawanya ke dunia full 3D, dan kami benar-benar berencana untuk melakukannya,” ujarnya.
Ia mengatakan kepada Financial Times: “Untuk Saya, dapat membuat game memberikan kami izin untuk membuat platform selanjutnya ini, dimana merupakan internet selanjutnya. Hari ini Saya bermain game, namun Saya tidak berada di dalam game. Sekara, kami dapat bermimpin melalui metaverse ini. Saya dapat berada di dalam game, seperti Saya dapat berada di sebuah ruang konferensi dengan kalian dalam sebuah rapat. Metafora tersebut, dan teknologi ini… akan bermanifestasi dalam konteks yang berbeda. Salah satunya akan berada dalam konteks proses bisnis. Jika kalian melihat retail atau kontruksi, hal tersebut seperti membuat kembaran digital, kalian memiliki sebuah pabrik, dan kalian mencoba untuk mevisualisasikan bagaimana mensimulasikan operasionalnya. Hal tersebut sama seperti bermain game, namun kalian tidak bermain game. Kalian mencoba mensimulasikan bagaimana sebuah pabrik berjalan.”
Sumber: VGC