Unity Hadirkan Kebijakan Baru, Developer: “Tolong Jangan Install Game Kami!”

Unity, salah satu engine yang menjadi pilihan para developer game karena bisa digunakan secara gratis dan kemudahan untuk digunakan. Namun tampaknya para developer akan mulai berbondong-bondong pergi meninggalkan engine ini karena kebijakan baru yang diterapkannya dianggap membebani para developer, terutama mereka yang menggunakan engine ini sebagai sebuah game free-to-play.

Update: Klarifikasi Marc Whitten (Exec Unity)

Melansir dari Axios, Marc Whitten menyebutkan kalau  mereka hanya membebankan biaya pada instalasi awal saja, bukan install ulang. Namun jika game ini multiplatform, dan kalian menginstallnya di PC dan perangkat mobile maka akan dihitung sebanyak 2x. Untuk game yang masuk ke layanan berlangganan seperti Game Pass, Unity akan membebankan biaya ini ke penyedia layanan alih-alih developer.

Unity Runtime Fee

Unity baru-baru ini menghadirkan sebuah kebijakan pricing model baru bernama Unity Runtime Fee, dimana akan dikenakan kepada para developer yang telah berhasil mencapai jumlah install dan pendapatan tertentu. Jika sebuah game berhasil memasuki persyaratan ini maka para developer harus membayar sejumlah uang pada setiap game mereka yang di download. Unity menyebutkan kalau model ini tetap membuat para developer mendapatkan pendapatan dari para gamer, berbeda dari model bagi hasil.

Kebijakan ini nantinya akan dimulai pada tanggal 1 Januari 2024, dan berhasil mendapatkan perhatian dari para gamer. Sayangnya kebijakan ini mendapatkan sambutan yang negatif. Ya, para developer protes. Hal ini karena kriteria yang tentukan.

Terdapat dua kriteria utama yang akan membuat game masuk ke Unity Runtime Fee, yakni game ini sudah mencapai pendapatan minimum yang ditetapkan pada 12 bulan terakhir, dan game ini telah mencapai jumlah install minimum. Namun ada persyaratan lainnya yang berbeda untuk Unity Personal/Unity Plus, Unity Pro, dan Unity Enterprise, dengan yang paling kecil para developer harus membayar Unity 0,20 USD per install setelah pendapatan game mereka melebihi 200 ribu USD dalam 12 bulan terakhir, dan telah diinstall sebanyak 200 ribu kali.

Tentunya kebijakan ini mendapatkan sambutan protes yang meriah dari para developer, terutama mereka yang membuat game free-to-play, dan juga ikut serta dalam bundle penggalangan dana.

Developer Game Protes

Melihat kebijakan dan persyaratan di atas, kekhawatiran terbesar dirasakan oleh developer game free-to-play, karena para gamer tidak perlu mengeluarkan uang untuk mendownload atau bahkan memainkan game mereka, dan para developer ini bertahan hidup dengan mengandalkan pembelian di dalam game. Hal ini karena, jika sebuah game “freemium” ini berhasil mendapatkan 200 ribu USD dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, namun yang mendownload game mereka mencapai jutaan orang maka mereka bisa bangkrut.

https://twitter.com/kurtruslfanclub/status/1701621432894267593?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1701621432894267593%7Ctwgr%5E167a3f92f39a6e84d53a85c26d8d4a8eddecad61%7Ctwcon%5Es1_c10&ref_url=https%3A%2F%2Fsea.ign.com%2Famong-us%2F205729%2Fnews%2Fwhy-unitys-new-install-fees-are-spurring-massive-backlash-among-game-developers

Selain itu ada kekhawatiranjuga kalau sejumlah developer kecil yang membuat game mereka lewat Unity akan menarik game mereka dari berbagai toko digital supaya orang-orang tidak mendownload game mereka.

Forest yang merupakan developer dari Among Us juga menyebutkan kalau Innersloth selalu membayar Unity sesuai dengan lisensi dan layanan yang mereka gunakan, namun karena hal ini mungkin mereka akan menjadi salah satu developer yang menarik game mereka.

Developer lainnya, Huenry Hueffman dari Paper Trail bahkan meminta orang-orang untuk tidak menginstall game mereka yang dibuat menggunakan Unity.

Ada developer lainnya yang mempertimbangkan untuk membuat kembali gamenya di engine lain dan meminta Unity untuk memberikan refund kepada mereka yang membeli lisensi lifetime.

Di sisi lain, hal yang dilakukan ini juga bisa membuat para gamer yang marah atau kesal terhadap sebuah game untuk melakukan install massal yang berakibat bangkrutnya developer itu.

Respon Dari Unity

Tentunya hal ini didengar oleh pihak Unity dan perwakilannya memberikan tanggapan mengenai bundle untuk penggalangan dana serta ancaman install massal, dengan menyebutkan kalau mereka sudah memiliki teknologi untuk menangani masalah install tersebut, dan mengenai penggalangan dana, mereka tidak akan meminta biaya. Di sisi lain, Unity membela model pricing mereka dengan menyebutkan bahwa hal ini hanya akan ditetapkan kepada para developer yang sudah sukses.

Sayangnya hal ini tetap tidak bisa menenangkan para developer karena berdasarkan hal yang disebutkan Unity kepada pihak Axios, bahwa jika gamer menghapus game mereka yang menggunakan Unity dan kemudian menginstallnya maka akan dihitung sebagai dua kali install, dan pihak developer dikenakan biaya 2 kali.

Saatnya Beralih ke Unreal Engine?

Dalam keadaan ini, salah satu orang yang bekerja di Epic Games menggunakan momentum ini untuk mempromosikan produk mereka – Unreal Engine. Dengan menyebutkan bahwa biaya royalty sebesar 5% hanya akan dibebankan kepada para developer setelah pendapatan kotor game mereka menembus angka 1 juta USD, atau sekitar 15,3 miliar Rupiah.

 

 

Unity sendiri merupakan salah satu engine yang menjadi pilihan para developer di dunia, engine ini juga mentenagai game seperti Cuphead, Beat Saber bahkan Pokemon Go. Sayangnya kepercayaan para developer pada engine ini mulai berkurang selama beberapa tahun terakhir yang menyebabkan mereka mulai beralih ke tempat lain. Bagaimana dengan kalian sendiri? Apakah kalian setuju atau tidak dengan keputusan yang diambil oleh Unity?


Dan untuk berita seputar dunia game lainnya bisa kalian dapatkan di YouTube, Instagram dan situs Share Button.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More