BioWare Memiliki Konflik Internal Antara Tim Dragon Age dan Mass Effect
Raden Erlangga – Dalam dunia industri video game, kisah-kisah dari balik layar kerap mengungkap dinamika yang tidak terlihat oleh publik. Meski terkadang disertai kabar positif, tak jarang pula cerita yang muncul mencerminkan ketegangan, konflik budaya, hingga praktik kerja yang tidak sehat.
David Gaider, penulis utama dari seri Dragon Age, baru-baru ini mengungkapkan dinamika internal di BioWare. Ia menjelaskan bahwa tim Dragon Age dan Mass Effect, meskipun berada di bawah satu atap, memiliki budaya kerja yang berbeda dan sering kali tidak akur.
Dua Tim, Dua Budaya, Satu Atap
Melalui sebuah unggahan di akun Bluesky pribadinya, Gaider mengungkapkan bahwa selama bertahun-tahun, BioWare sejatinya beroperasi layaknya dua studio berbeda dalam satu perusahaan.
Ia menyatakan bahwa tim pengembang Dragon Age dan tim Mass Effect tidak hanya memiliki pendekatan kerja yang berbeda, tetapi juga menyimpan konflik internal satu sama lain.
“Yang perlu kalian ketahui tentang BioWare adalah bahwa dalam waktu yang cukup lama, studio ini pada dasarnya terdiri dari dua tim di bawah satu atap, tim Dragon Age dan tim Mass Effect. Kedua tim ini dijalankan dengan cara berbeda, memiliki budaya yang berbeda pula, seolah-olah mereka adalah dua studio yang benar-benar terpisah. Dan mereka tidak akur,” ungkap Gaider.
Upaya Damai yang Gagal dan Perlakuan Istimewa
Menurut Gaider, pihak manajemen sudah menyadari adanya friksi ini dan berupaya meredam konflik dengan cara merotasi staf di antara dua tim tersebut. Namun, pendekatan ini ternyata tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Lebih lanjut, ia juga menyebut bahwa Electronic Arts (EA), sebagai induk perusahaan, tampak lebih memihak pada tim Mass Effect, yang dianggap lebih sukses secara komersial dibanding Dragon Age pada saat itu. Hal ini menciptakan kesenjangan antar tim.
Dari Inquisition ke Anthem: Tantangan Baru yang Berakhir Pahit
Setelah menyelesaikan Dragon Age: Inquisition, Gaider ingin mencari tantangan baru. Namun, ia menolak untuk pindah ke studio di Montreal guna bergabung dalam pengembangan Mass Effect: Andromeda. Sebagai gantinya, ia bergabung ke tim yang sedang mengerjakan Anthem, proyek ambisius yang kala itu sedang digarap oleh mantan pengembang Mass Effect.
Di sinilah konflik budaya kembali muncul. Gaider ditugaskan untuk membawa nuansa cerita Anthem ke arah sci-fi fantasy yang lebih ringan, mirip dengan Star Wars. Namun, tim pengembang justru menunjukkan resistensi terhadap pendekatan naratifnya.
“Mereka terus bilang bahwa tulisan saya terlalu mirip Dragon Age. Saya mulai merasa bahwa Anthem memang tidak akan berhasil. Dan ketika saya diberitahu bahwa saya tidak akan dipromosikan menjadi creative director untuk proyek mendatang, saya memutuskan untuk hengkang dari BioWare,” jelas Gaider.
Tim Anti-RPG dan Gagalnya Anthem
Salah satu poin paling mengejutkan dari pengakuan Gaider adalah pernyataannya bahwa tim Anthem justru sangat anti-RPG. Ini bertolak belakang dari warisan BioWare sebagai studio RPG ternama.
“Saya tak ingin membahas terlalu dalam soal masalahnya, tapi jelas terlihat bahwa ini adalah tim yang tidak ingin membuat game RPG. Mereka sangat anti-RPG. Tapi mereka mengharapkan saya menciptakan cerita ala BioWare hanya dengan sedikit atau tanpa alat bantu sama sekali,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, Anthem akhirnya dirilis dengan banyak kritik dan gagal secara komersial. Game tersebut dikritik karena gameplay yang repetitif dan narasi yang kurang kuat. Dua elemen yang menjadi ciri khas BioWare di masa kejayaannya.
Awal Baru Bersama Summerfall Studios
Setelah meninggalkan BioWare, Gaider kemudian mendirikan Summerfall Studios, sebuah studio independen yang fokus pada pendekatan naratif dan musikal. Debut mereka, Stray Gods, dirilis pada tahun 2023 dan mendapat sambutan cukup positif karena pendekatan interaktifnya yang unik.

Kisah David Gaider membuka perspektif baru tentang tantangan yang dihadapi sebuah studio besar dalam mempertahankan identitas kreatifnya. Meskipun dikenal luas lewat dua franchise legendaris, ternyata di balik layar, Dragon Age dan Mass Effect dikembangkan dalam lingkungan yang tidak selalu harmonis. Konflik budaya, preferensi manajemen, hingga visi kreatif yang bertolak belakang. Ini menjadi faktor yang pada akhirnya turut memengaruhi arah dan nasib beberapa proyek penting BioWare.
Jangan lupa follow semua media sosial Share Button Media buat selalu update di dunia dalam gaming!