Karyawan Bungie Mengalami Doxxing, Rasisme, dan Ancaman Kematian

Karyawan di Bungie dikabarkan telah menjadi korban dari pelecehan di bulan Juni kemarin. Pelecehan tersebut berlanjut menjadi doxxing dan rasisme, terror telepon, serta pesan. Dan dikabarkan hal ini dimulai berkat sebuah cuitan dalam sebuah perayaan bekerja dengan seorang pemain Destiny 2 yang populer.

Pelecehan ini dimulai setelah seorang karyawan Bungie membagikan cuitan mengenai kolaborasi barunya dengan streamer Afrika-Amerika, Uhmaayyze pada awal bulan Juni untuk game mereka, Destiny 2. Cuitan tersebut kemudian mengarah ke doxxing, dan ancaman kematian terhadap sejumlah karyawan Bungie.

Cuitan tersebut mendapatkan sebuah balasan anacaman untuk membunuh karyawan pada tanggal 14 Juni. Dikabarkan juga hal ini diikuti dengan ancaman selanjutnya dimana karyawan Bungie mendapatkan pesan suara, dan teks di smartphone personal mereka dari seseirang yang menggunakan aplikasi pesan dan panggilan anonim. Satu pesan suara juga dihadirkan pada telepon personal karyawan yang membagikan postingan tersebut.

Di dalamnya, sang pengirim memberikan ejekan rasisme, dan meminta Destiny 2 untuk membuat adegan kekerasan dan rasisme. Pasangan karyawan tersebut yang juga merupakan karyawan bungie, mendapatkan pesan dengan permintaan yang sama.

Kemudian, seseorang menggunakan nomor telepon yang sama untuk memesan pizza ke rumah pasangan tersebut setelah meninggalkan sebuah pesan suara yang mengatakan, “Nikmati pizza kalian.” Hal ini menyebabkan mereka melaporkan ini polisi.

Seorang pengguna Twitter yang bernama Inkcel juga memberikan ancaman, dimana ia membagikan sebuah foto dari kartu ID Staff Bungie. Ia juga mencuit bahwa akan berpindah dengan jarak 30 menit dari karyawan tersebut. Kedua karyawan ini kemudian meminta pengadilan untuk mendapatkan nama orang yang mengancam mereka melalui aplikasi pengirim pesan teks tersebut.

Sumber: IGN

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More